Friday, November 5, 2010

Uzair A.S Penjaga Taurat Part 1

Allah s.w.t berfirman:

"Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: 'Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?', maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: 'Berapa lama kamu tinggal di sini ?' Ia menjawab: 'Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.' Allah berfirman: 'Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang-belulang): Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang- belulang keldai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.' Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: 'Saya yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.'" (QS. al-Baqarah: 259)


Yang popular menurut kaum salaf dan kaum khalaf bahawa Uzair adalah pahlawan dalam kisah ini yang diceritakan oleh Allah s.w.t. Dikatakan bahawa Uzair adalah seorang Nabi dari nabi-nabi Bani Israil. Dia-lah yang menjaga Taurat, lalu terjadilah peristiwa yang sangat mengagumkan padanya. Allah s.w.t telah mematikannya selama seratus tahun kemudian ia dibangkitkan kembali. Selama Uzair tidur satu abad penuh, terjadilah peperangan yang didalangi oleh Bakhtansir di mana ia membakar Taurat. Tidak ada sesuatu pun yang tersisa kecuali yang dijaga oleh kaum lelaki. Mukjizat yang terjadi pada Nabi Uzair adalah sumber fitnah yang luar biasa di tengah kaumnya.


Pada suatu hari, tampak bahawa cuaca sangat panas dan segala sesuatu merasa kehausan. Sementara itu, desa yang ditinggali oleh Uzair hari itu tampak tenang kerana sedang melalui musim panas di mana sedikit sekali aktiviti di dalamnya. Uzair berfikir bahawa kebunnya butuh untuk diairi. Kebun itu cukup jauh dan jalan menuju ke sana sangat berat dan disela- selai dengan kuburan. Sebelumnya, tempat itu adalah kota yang indah dan ramai di mana penghuninya cukup asyik tinggal di dalamnya lalu ia menjadi kota mati.


Uzair berfikir dalam hatinya bahawa pohon-pohon di kebunnya pasti merasakan kehausan lalu ia menetapkan untuk pergi memberinya minum. Hamba yang soleh dan salah seorang nabi dari Bani Israil ini pergi dari desanya. Matahari tampak masih baru memasuki waktu siang. Uzair menunggang keldainya dan memulai perjalanannya. Beliau tetap berjalan hingga sampai di kebun. Beliau mengetahui bahawa pohon-pohonnya tampak kehausan dan tanahnya tampak terbelah dan kering. Uzair menyirami kebunnya dan ia memetik dari kebun itu buah tin (sebahagian buah tin) dan mengambil pohon anggur. Beliau meletakkan buah tin di satu keranjang dan meletakkan buah anggur di keranjang yang lain. Kemudian ia kembali dari kebun sehingga keldai yang dibawanya berjalan di tengah-tengah terik matahari.


Di tengah-tengah perjalanan, Uzair berfikir tentang tugasnya yang harus dilakukan besok. Tugas pertama yang harus dilakukannya adalah mengeluarkan Taurat dari tempat persembunyiannya dan meletakkannya di tempat ibadah. Beliau berfikir untuk membawa makanan dan memikirkan tentang anaknya yang masih kecil, di mana beliau teringat oleh senyumannya yang manis, dan beliau pun terus berjalan dan semakin cepat. Beliau menginginkan keldainya untuk berjalan lebih cepat.


Lalu Uzair sampai di suatu kuburan. Udara panas saat itu semakin menyengat dan keldai tampak kepayahan. Tubuhnya diselimuti dengan keringat yang tampak menyala kerana tertimpa sinar matahari. Keldai itu pun mulai memperlambat langkahnya ketika sampai di kuburan. Uzair berkata kepada dirinya: Mungkin aku lebih baik berhenti sebentar untuk beristirahat, dan aku akan mengistirahatkan keldai. Lalu aku akan makan siang. Uzair turun dari keldainya di salah satu kuburan yang rosak dan sepi. Semua desa itu menjadi kuburan yang hancur dan sunyi. Uzair mengeluarkan piring yang dibawanya dan duduk di suatu naungan. Ia mengikat keldai di suatu dinding, lalu ia mengeluarkan sebahagian roti kering dan menaruhnya di sampingnya. Selanjutnya, ia memeras di piringnya anggur dan meletakkan roti yang kering itu di bawah perasan anggur. Uzair menyandarkan punggungnya di dinding dan agak menjulurkan kakinya. Uzair menunggu sampai roti itu tidak kering dan tidak keras. Kemudian Uzair mulai mengamati keadaan di sekelilinginya dan tampak keheningan dan kehancuran meliputi tempat itu: rumah- rumah hancur berantakan dan tampak tiang-tiang pun akan hancur, pohon-pohon sedikit saja terdapat di tempat itu yang tampak akan mati kerana kehausan, tulang-tulang yang mati yang dikuburkan di sana berubah menjadi tanah. Alhasil, keheningan menyeliputi tempat itu.

Uzair merasakan betapa kerasnya kehancuran di situ dan ia bertanya dalam dirinya sendiri: bagaimana Allah s.w.t menghidupkan semua ini setelah kematiannya? "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?"

Uzair bertanya: bagaimana Allah s.w.t menghidupkan tulang-tulang ini setelah kematiannya, di mana ia berubah menjadi sesuatu yang menyerupai tanah. Uzair tidak meragukan bahawa Allah s.w.t mampu menghidupkan tulang-tulang ini, tetapi ia mengatakan yang demikian itu kerana rasa heran dan kekaguman. Belum lama Uzair mengatakan kalimatnya itu sehingga ia mati. Allah s.w.t mengutus malaikat maut padanya lalu rohnya dicabut sementara keldai yang dibawanya masih ada di tempatnya ketika melihat tuannya sudah tidak lagi berdaya. Keldai itu tetap di tempatnya sehingga matahari tenggelam lalu datanglah waktu Subuh. Keldai berusaha berpindah dari tempatnya tetapi ia terikat. Ia pun masih ada di tempatnya dan tidak bisa melepaskan ikatannya sehingga ia mati kelaparan.


Kemudian penduduk desa Uzair merasa gelisah dan mereka ramai-ramai mencari Uzair di kebunnya, tetapi di sana mereka tidak menemukannya. Mereka kembali ke desa dan tidak menemukannya. Lalu mereka menetapkan beberapa kelompok untuk mencarinya. Akhirnya, kelompok- kelompok ini mencari ke segala penjuru tetapi mereka tidak menemukan Uzair dan tidak menemukan keldainya. Kelompok-kelompok ini melewati kuburan yang di situ Uzair meninggal, namun mereka tidak berhenti di situ. Tampak bahawa di tempat itu hanya diliputi keheningan. Seandainya Uzair ada di sana nescaya mereka akan mendengar suaranya. Kemudian kuburan yang hancur ini sangat menakutkan bagi mereka, kerana itu mereka tidak mencari di dalamnya.


Lalu berlalulah hari demi hari, dan orang-orang putus asa dari mencari Uzair, dan anak-anaknya merasa bahawa mereka tidak akan melihat Uzair kedua kalinya dan isterinya mengetahui bahawa Uzair tidak mampu lagi memelihara anaknya dan menuangkan rasa cintanya kepada mereka sehingga isterinya itu menangis lama sekali. Sesuai dengan perjalanan waktu, maka air mata pun menjadi kering dan penderitaan makin berkurang. Akhirnya, manusia mulai melupakan Uzair dan mereka tetap menjalankan tugas mereka masing-masing. Dan berjalanlah tahun demi tahun dan masyarakat mulai melupakan Uzair kecuali anaknya yang paling kecil dan seorang wanita yang bekerja di rumah mereka di mana Uzair sangat cinta kepadanya. Usia wanita itu dua puluh tahun ketika Uzair keluar dari desa.


Berlalulah sepuluh tahun, dua puluh tahun, delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun sehingga sampai satu abad penuh. Allah s.w.t berkehendak untuk membangkitkan Uzair kembali. Allah s.w.t mengutus seorang malaikat yang meletakkan cahaya pada hati Uzair sehingga ia melihat bagaimana Allah s.w.t menghidupkan orang-orang mati. Uzair telah mati selama seratus tahun. Meskipun demikian, ia dapat berubah dari tanah menjadi tulang, menjadi daging, dan kemudian menjadi kulit. Allah s.w.t membangkitkan di dalamnya kehidupan dengan perintah-Nya sehingga ia mampu bangkit dan duduk di tempatnya dan memperhatikan dengan kedua matanya apa yang terjadi di sekelilingnya.


Uzair bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahawa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah s.w.t membangunkannya dan bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?"


Malaikat bertanya kepadanya: "Berapa jam engkau tidur?" Uzair menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Malaikat yang mulia itu berkata kepadanya: "Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. " Engkau tidur selama seratus tahun. Allah s.w.t mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawapan dari pertanyaanmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati. Uzair merasakan kehairanan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan al-Khaliq (Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Uzair: "Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah."

to be continued...

No comments: